04 Februari 2009

ADA APA DENGAN LIBERTY?


Jika Anda penyelam, siapa yang tak kenal Liberty di Tulamben Bali?
Seorang teman dari Departemen Entahbarantah sangat terinspirasi dengan potensi Liberty ini. Bayangkan, dalam satu hari satu malam ada 200 - 400 penyelam yang menyambangi kapal karam di kedalaman 6 - 28 meter itu. Jika satu penyelam membelanjakan uang minimal 2 juta untuk menginap, sewa alat, bayar guide, bayar porter, isi tabung, makan, dsb, berarti dalam 1 hari minimal Liberty bisa meraup 400 - 800 juta.
Teman saya itu, sangat ingin mencari kapal karam untuk dijadikan seperti Liberty yang lain. Karena ia yakin Indonesia masih punya banyak shipwreck yang kondisinya lebih baik dari Liberty. Sayang sekali, teman saya itu tersandung aturan. Departemennya tidak berhak mengurusi itu. "Bukan TUPOKSINYA!", katanya. Yang berhak adalah Departemen Berentahentah.

Pemanfaatan shipwreck ini emang bermacam-macam. Untuk Liberty, sudah jelas kalo ekonomi yang diutamakan. Tapi shipwreck lain bisa saja dimanfaatkan lain. Seperti yang ditemukan di Kerawang, Jepara, dan Cirebon baru-baru ini. Konon, temuan penting itu dapat dipakai untuk menelusuri sejarah maritim Indonesia. Wah!
Anehnya, waktu saya bertanya pada seorang teman yang bekerja di salah satu pengangkatan BMKT tentang alasan penghentian pengangkatan, ia menjawab, "Gak ada apa-apanya, keramik pasaran semua!". Nah lho! Kok ujung-ujungnya pemanfaatan ekonomi jua yang diutamakan. Lantas bagaimana dengan nilai sejarah, budaya, dan identitas di balik itu semua?

Nampaknya belum ada yang peduli memikirkan itu. Buktinya ketika Liberty pelan-pelan lapuk dan hancur, tak seorangpun memikirkan untuk menanganinya. Bahkan sejarah LIberty pun masih sangat minim. Paling kita dapat 1-2 paragraf yang disablon di kaos yang dijual untuk souvenir.
Atau ada yang punya informasi? Jika ada, mohon saya dikirimi untuk memperkaya media ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar